2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air
Hutabarat (1985) Hal-54,
mengatakan bahwa air adalah suatu zat pelarut yang bersifat sangat berdaya
guna, yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar dari
pada zat cair lainnya. Sifat ini dapat
dilihat pada banyaknya unsure-unsur pokok yang terdapat pada air laut. Konsentrasi rata-rata seluruh garam yang
terdapat didalam air laut dikenal sebagai salinitas, dan konsentrasi ini
biasanya sebesar 3 % dari berat seluruhhnya.
Kordi dan Tancung (2007) Hal-3,
mengatakan bahwa air murni adalah suatu persenyawaan kimia yang sangat
sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom
oksigen (O). Secara simbolik air
dinyatakan sebagai H2O dan berat jenis air tawar adalah 1 N/m3. Berat jenis air pada tempat dan waktu yang
berlainan tidak akan sama walaupun perbedaan ini umumnya kecil. Pebedaan berat jenis air dapat disebabkan
oleh perbedaan tekanan atau bahan-bahan suspense, tetapi lebih penting
disebabkan oleh suhu dan kadar garam.
2.2
Proses Menghasilkan
Air Tawar
Hartomo dan Widiatmoko (1994), untuk
menghasilkan air murni dari sumber alam, terdapat berbagai pilihan teknik
lakuan. Masing-masing memiliki cirri
khas, keunggulan dan keterbatasan sehingga terkadang perlu digabung. Metode lakuan itu ialah filtrasi, distilasi,
penukaran ion, elektrodialisis, osmosis balik dan ultrafiltrasi,
disinfeksi/sterilisasi.
Untuk menggarap
air alam dan meningkatkan mutunya sesuai tujuan, pertama-tama harus diketahui
dulu kotoran dan kontaminan didalamnya.
Berbagai parameter mutu harus disimak dan dipantau, parameter-parameter
tersebut mempengaruhipemilihan proses lakuan, operasi dan biayanya. Parameter air yang penting ialah parameter
fisik, kimia, biologis dan radiologis.
2.3 Pengertian Distilasi
Sujanto (1983), mengatakan bahwa
distilling
plant adalah pesawat penguapan yang digunakan untuk mengubah air laut menjadi uap
yang selanjutnya didinginkan sehingga terbentuk air suling yang disebut dengan
kondensat.
Distilasi
merupakan suatu proses yang secara fisik memisahakan suatu campuran menjadi dua
atau lebih produk dengan titik penguapan tertentu yang berbeda, dengan
keistimewaaan bahwa pemanasan komponen yang lebih muda menguap akan lebih cepat
terpisah dari campuran.
2.4
Komponen-Komponen Sistem Distilasi
Sujanto (1983), beberapa komponen yang membentuk suatu sistem distilasi
yang bekerja dengan baik, yang masing-masing komponen tersebut bekerja sesuai dengan kapasitas
kemampuannya dalam mendukung kerja suatu sistem distilasi.
2.4.1 Heater
Panas dapat merambat dengan cara penghantaran aliran dan pancaran. Heater
yaitu suatu alat yang berbentuk tabung dengan bagian dalam terdapat pipa-pipa
kecil yang dialiri air panas, sedangkan diluar pipa-pipa kecil dialiri air
laut, dengan panas ini akan memanaskan air laut sehingga air laut mengalami penguapan.
2.4.2 Kondensor
Kondensor
adalah alat yang digunakan untuk mengubah bentuk uap menjadi air, yaitu dengan
cara menurunkan suhu uap tersebut hingga mencapai suhu pengembunannya pada
tekanan yang sesuai.
2.4.3 Saringan uap
Saringan
adalah alat untuk memisahkan benda asing yang ikut bersirkulasi kedalam suatu
sistem yang sifatnya akan merusak sistem tersebut. Pada sistem distilasi saringan uap air
terbuat dari logam monel yang berfungsi untuk menyaring uap yang terjadi
bersamaan dengan titik air laut yang naik.
2.4.4 Katup Solenoid
Katup solenoid adalah katup yang dapat terbuka dan tertutup dengan
menggunakan gaya elektromagnetik. Arus
listrik dialirkan secara otomatis oleh salinometer, ketika kadar garam melebihi
batas yang telah ditentukan. Pada saat
kadar garam tinggi, sistem otomatis dari salinometer akan mengalirkan arus listrik
menuju lampu alarm dan katup solenoid, sehingga lampu alarm akan menyala dan
terjadilah medan magnet pada katup selenoid yang akan menarik plunyer kebawah,
keadaan seperti ini berarti katup dalam keadaan terbuka. Pada saat kadar garam rendah, sistem otomatis
dari salinometer tidak akan mengalirkan arus listrik menuju lampu alarm dan
katup solenoid, sehingga lampu alarm tidak akan menyala dan tidak terjadi medan
magnet pada katup solenoid dan plunyer akan kebali ke kedudukannya semula
dengan cepat karena beratnya sendiri, keadaan seperti ini berarti katup dalam
keadaan tertutup.
2.4.5 Salinometer
Salinometer
digunakan untuk mengukur kadar garam yang terkandung didalam air hasil distilasi
dengan satuan ppm. Alat ini dilengkapai
dengan lampu peringatan, apabila kadar garam melebihi batas yang telah
ditentukan maka lampu akan menyala dan pada waktu yang bersamaan katup solenoid
akan membuka dan membuang air yang masih mengandung kadar garam tersebut keluar
dari sistem.
2.4.6 Gelas Penduga
Gelas
penduga adalah suatu alat untuk mengetahui tinggi rendahnya air di dalam ketel distilasi.
2.4.7 Thermometer
Thermometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suhu. Alat ini bekerja
berdasarkan atas mengembang dan mengempisnya sejumlah kecil air raksa atau zat
lain.
2.4.8 Flowmeter
Flowmeter
adalah alat yang digunakan untuk mengetahui banyaknya air tawar yang dihasilkan
oleh distilling plant.
2.4.9 Ejektor
Ejektor
bekerja berdasarkan prinsip bernoulli, yaitu jika kecepatan fluida tinggi maka
tekananya menjadi rendah dan sebaliknya jika kecepatan fluida rendah maka
tekanannya akan tinggi. Sketsa dari
ejektor dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
|
Gambar 1. Sketsa ejektor (Sujanto, 1983).
Dilihat
dari fungsi dan kegunaannya, ejektor dibagi menjadi dua macam yang
masing-masing mempunyai tugasnya sendiri. Adapun ejektor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Ejektor Vakum
Agar
air laut dapat menguap pada suhu yang lebih rendah, maka ketel distilasi harus
di buat vakum dengan cara memasang ejektor yang berhubungan langsung ke ruang
kondensor dan akan mengisap terus-menerus udara dan gas-gas yang tidak mencair
sehingga dapat menjadi vakum.
2. Ejektor Air Laut
Didalam
ruang pemanas sering terjadi penguapan air laut, sehingga jika di biarkan
begitu saja kadar garam air laut akan semakin bertambah. Untuk mengatasi ini
maka di pasang ejektor yang akan membuang air laut agar volumenya dapat ditahan
konstan
2.4.10 Pompa-Pompa Sirkulasi
Zat cair tidak akan berpindah tempat dengan sendirinya dari suatu ujung
yang lainnya untuk itu dipergunakan daya dorong untuk melaksanakan pengangkutan
ini. Daya dorong ini adalah perbandingan
tekanan yang dibangkitkan dengan pengunaan pompa. Pompa yang umumnya digunakan adalah pompa
sentrifugal. Adapun pompa sirkulasi yang digunakan pada sistem distilasi antara
lain :
1. Pompa Air Laut
Pompa
ini digunakan untuk menghisap air laut dan menekannya ke dalam kondensor untuk
mengembunkan uap air dan sisanya akan ke ejektor air laut dan ejektor
vakum. Pompa air laut ini selain
berfungsi untuk mensirkulasi air pendingin juga berfungsi untuk memvakumkan serta
mengalirkan air laut.
2. Pompa Air
Panas
Pompa
air panas di gunakan untuk mensirkulasikan air pendingin motor induk yang panas
kedalam pipa-pipa kecil tabung heater
untuk memanaskan air laut.
3. Pompa Air
Tawar
Pompa ini
digunakan untuk menghisap dan menekan air tawar ke tangki penampungan yang
selanjutnya akan digunakan untuk berbagai kebutuhan.
2.5 Pemanfaatan
Sistem Pendinginan Motor
Sujanto (1983), menjelaskan bahwa untuk menguapkan air laut didalam
ketel, cukup mengunakan air pendingin dari motor induk atau motor bantu yang
bersuhu antara 70° C sampai 80° C.
Karyanto (2008) Hal-87,
mengatakan bahwa sistem pendinginan motor induk yang digunakan adalah memakai
tekanan pompa karena lebih menguntungkan, yaitu dapat mengontrol suhu
pendinginan dan proses pendinginan menjadi lebih merata.
Selain itu, Daryanto (2002) Hal-65,
menambahkan bahwa kebaikan memakai tekanan pompa adalah peredaran air sesuai
dengan jumlah perputaran motor induk, isi air terbatas dan temperature motor
akan teratur.
2.6 Prinsip Kerja
Sistem Distilasi
Sujanto (1983), mengatakan
bahwa pada prinsipnya distilling plant bekerja dengan
memanfaatkan panas air pendingin yang keluar dari motor induk, sehingga tidak
sama sekali membutuhkan bahan bakar untuk mengoperasikannya hanya diperlukan
tenaga listrik untuk menggerakkan pompa-pompa bantu. Prinsip kerja dari distilling plant di terangkan dengan gambar dibawah ini :
|
Keterangan :
1. Saluran masuk air pendingin motor induk. 7. Saluran air hasil
distilasi.
2. Saluran keluar air pendingin motor induk. 8. Dinding deflektor.
3. Saluran pengisian air laut didalam pemanas. (A). Pemanas.
4. Saluran vakum. (B). Ruang uap.
5. Saluran masuk air pendingin kondensor. (C). Kondensor.
6. Saluran keluar air pendingin kondensor.
|
Gambar 2. Sketsa
sederhana sistem distilling plant (Sujanto, 1983). Hal-67
Dari gambar tersebut diatas, sujanto (1983),
menjelaskan bahwa sebagian air pendingin motor induk akan melalui saluran masuk
(1) untuk memanaskan air laut yang ada
didalam heater (A). Air pendingin yang keluar dari motor induk
mempunyai suhu 60° C sampai 70° C. Air laut yang
ada didalam heater masuk melalui
saluran pengisian air laut (3), air dari motor induk akan menyerahkan panasnya
kepada air laut didalam pipa sehingga air laut tersebut panas dan menguap. Air laut akan menguap pada suhu 35° C sampai 45° C, hal ini
disebabkan karena tekanan didalam ketel dibuat sangat rendah (vakum), penurunan
tekanan dilakukan dengan
memakai ejektor.
Uap yang dihasilkan
dari pemanas (A) akan melalui dinding deflector (8), sehingga kemungkinan terbawanya cairan ke
ruang uap (B) dapat dicegah. Uap ini selanjutnya menuju kondensor (C) dimana kondensor ini didinginkan oleh air laut
dari saluran (5), sehingga terjadilah
proses kondensasi yaitu uap tersebut akan mencair, dan air hasil distilasi dipompakan
keluar melalui saluran (7) menuju ke tangki penampung air tawar.
2.7 Perawatan Sistem Distilasi
2.7.1 Pengertian
Perawatan
Maimun
(1995), mengatakan bahwa
perawatan
adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga
suatu peralatan agar dapat digunakan setiap saat dalam keadaan baik tanpa
gangguan. Perawatan merupakan
suatu usaha untuk memelihara keawetan dan kesempurnaan dari alat atau
perlengkapan agar selalu dalam keadaan baik dan siap untuk dipakai. Dengan
melakukan perawatan, peralatan dapat bekerja dengan efektif
dan mengurangi kemacetan hingga biaya operasional dapat ditekan serendah
mungkin.
Pada umumnya perawatan mempunyai sifat untuk meningkatkan efektifitas
serta porsi keuntungan bagi pemilik perusahaan.
Hal ini dimungkinkan karena dengan perawatan salah satu sistem misalnya
sistem distilasi
maka dapat menekan ongkos produksi dan kapasitas produksi suatu mesin akan
meningkat hingga batas umur ekonomisnya.
Operasi yang berhasil
dari suatu instalasi hanya dimungkinkan karena pemeliharaan yang cukup dari suatu pesawat dan peralatannya. Ketepatan dan ketaatan terhadap jadwal
perawatan terhadap suatu
pesawat
akan dapat mempertahankan kemampuan dan tenaga yang dihasilkan pesawat tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui
sebelum mengadakan perawatan, antara lain :
1
Fungsi
dari mesin tersebut.
2
Tujuan
dari pengoperasian mesin tersebut.
3
Tugas
dan tanggung jawab dari masing-masing operator.
4
Kendala-kendala
dalm usaha peningkatan hasil kerja dari pekerjaan pemeliharaan.
5
Prioritas
dari pekerjaan yang dilakukan.
6
Kemungkinan
terdapatnya efek perubahan jadwal kerja.
2.7.2 Tujuan
Perawatan
Maimun
(1995), tujuan
dari pemeliharaan dan perawatan adalah untuk menjaga dan mengadakan perbaikan
atau pergantian yang dilakukan agar pada saat pongoperasian dapat sesuai dengan
yang diinginkan atau direncanakan.
Seperti
telah diketahui bahwa sistem distilasi mempunyai peranan penting untuk memenuhi
kebutuhan akan air tawar di atas kapal. Sistem distilasi pada kapal memiliki
masa operasi yang panjang oleh sebab itu sistem distilasi membutuhkan perawatan
dan pemeliharaan yang teratur dan berkesinambungan.
Dalam melaksanakan pemeliharaan pada sistem distilasi
dikapal perikanan harus mendapatkan perhatian sistem dan cara perawatan yang
tepat oleh setiap operator dikapal. Hal tersebut harus dilakukan dengan jadwal
perawatan yang terncana dengan baik agar dapat membantu fungsi kerja dari sistem
distilasi. Berikut ini adalah beberapa saran dan petunjuk pelaksanaan perawatan
dan pemeliharaan terhadap sistem distilasi yang harus diikuti antara lain :
1.
Mengoperasikan sistem
distilasi sesuai dengan buku petunjuk pengoperasian yang ada.
2. Mengisi jurnal sistem
distilasi.
3.
Mengadakan pemeriksaan sistem secara keseluruhan dalam
jangka waktu tertentu.
4.
Memeriksa jumlah air tawar yang dihasilkan.
5.
Memeriksa suhu
air tawar dan air laut.
6.
Mengontrol
sambungan-sambungan pipa pada sistem distilasi dan pastikan semua sambungan
tersebut aman.
7.
Mengamati alat-alat ukur.
8.
Mengganti komponen-komponen yang rusak.
Adapun tujuan dan keuntungan
dari perawatan adalah :
1. Untuk
memperpanjang usia kegunaan.
2. Untuk
menjamin ketersediaan optimum peralatan dan mendapatkan laba investasi semaksimal mungkin.
3. Untuk
menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam setiap waktu misalnya unit cadangan.
4. Kemampuan
produksi tercapai sesuai dengan yang direncanakan.
5. Menjamin
keselamatan orang yang melaksanakan tugas tersebut.
6. Pengurangan
pemeliharaan darurat.
7. Meningkatkan
efisiensi kerja.
8. Pengendalian
anggaran dan biaya yang dapat diandalkan.
9. Memberikan
informasi untuk pertimbangan penggantian dengan mesin yang baru.
2.7.3 Jenis Perawatan
Maimun (1995), mengatakan
bahwa perawatan
atau pemeliharaan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
perawatan terencana dan perawatan tak terencana.
1. Perawatan
Terencana
a) Perawatan Pencegahan
Ketika mesin berjalan yaitu dengan melihat, merasakan dan mendengar
kondisi dari mesin, dan
ketika mesin berhenti yaitu melakukan penggantian komponen minor yaitu
pekerjaan yang timbul langsung dari pemeriksaan.
b)
Perawatan
Perbaikan
Pemeliharaan atau perawatan yang dilakukan sebagai kegiatan perbaikan minor
terhadap komponen mesin yang rusak yang tidak ditemukan ketika dilakukan
pemeriksaan yang waktunya telah direncanakan.
Maleev (1995) Hal-445, menambahkan bahwa
perbaikan secara menyeluruh berarti memeriksa secara menyeluruh. Memeriksa setiap komponen dan apabila ada
yang rusak maka harus diperbaiki atau diganti dangan yang baru.
2. Perawatan
Tak Terencana
Perawatan darurat yang harus segera dilakukan untuk mengembalikan
kondisi mesin seperti sediakala yang waktunya tidak ditentukan sebelumnya.
2.7.4 Manajemen
Perawatan
Maimun (1995), mengatakan
bahwa manajemen adalah suatu
proses kegiatan dengan mengelola unsur-unsur manajemen, untuk mecapai tujuan
yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dengan menggunakan STARS (Science, Talent, Art, Resource dan Skill). Tujuan dari pada
perawatan mesin ialah untuk mendukung aktifitas produksi agar lebih berhasil dan berdaya guna sehingga dapat meningkatkan
porsi keuntungan bagi pemilik perusahaan. Selanjutnya
fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan
adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan di kerjakan, hal ini meliputi
penetapan peraturan-peraturan dan pedoman pelaksanaan tugas. Penetapan pengurutan pelaksanaan yang harus ditaati,
penetapan biaya diperlukan dan rangkaian kegiatan yang di lakukan pada masa
yang akan datang. Rencana perawatan
mesin terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a)
Perawatan Pencegahan (Preventive
Maintenance)
Perawatan pencegahan (preventive maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang
dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu di gunakan
dalam proses produksi.
b)
Perawatan Perbaikan (Corrective
Maintenance)
Perawatan perbaikan (corrective maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas
atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan
corrective maintenance yang
dilakukan sering disebut dengan kegiatan perbaikan atau reparasi.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian ini adalah pengelompokan
kegiatan yang di perlukan, yaitu menetapkan susunan organisasi serta menetapkan
kedudukan dari sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. Organisasi merupakan pengintegerasian sumber-sumber
serta pengolahan tehnik kondisi alam dan keterlibatan personil.
Dalam pengorganisasian diatas kapal,
Nahkoda mempunyai kedudukan tertinggi di atas kapal dan membawahi 2 (dua)
golongan awak kapal yaitu: golongan perwira dan golongan ABK. Sedangkan di
kamar mesin, KKM ialah memegang pimpinan tertinggi dalam melaksanakan tugasnya,
KKM di bantu oleh perwira mesin (Masinis I, Masinis II, Masinis III dan Masinis
IV) dan ABK mesin.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan
aktivitas yang mempengaruhi orang-orang agar melaksanakan
usaha-usaha kearah pencapaian untuk menuju sasaran tertentu.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan
(controlling) penemuan dan penerapan
cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah di laksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan, hal ini dapat positif maupun negatif. Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan
organisasi dicapai dengan efisien dan efektif, dan pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa
kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi
kembali.
2.8 Kebijakan
Mencari Sumber Kerusakan
Arismunandar, W dan Tsuda,
K (2008) Hal-175, menerangkan bahwa ada 4 tindakan dalam mencari suatu
kerusakan, yaitu :
1. Berfikir sebelum
bertindak
Sebelum melakukan suatu
tindakan perbaikan, sebaiknya perhatikan setiap gejala atau tanda kerusakan itu
dengan secermat-cermatnya, jangan tergesah-gesah, rencanakan terlebih dahulu
apa yang harus dikerjakan, kemudian lakukan menurut urutan yang sebaik-baiknya.
2. Pencegahan
masuknya kotoran
Kebersihan adalah factor
utama yang perlu diperhatikan, dengan emikian dapat mencegah masuknya kotoran
yang dapat menyebabkan proses tidak bekerja dengan baik atau bahkan terjadi
kerusakan yang lebih parah.
3. Memperlakukan
kompone-komponen dengan baik
Melakukan perkerjaan harus
dengan hati-hati, apabila ada komponen yang harus diganti maka gantilah dengan
yang sesuai dan berkualitasbaik.
4. Pekerjaan yang
sempurna
Menggunakan kunci yang sesuai, supaya
tidak merusak dan tidak mencelakakan.
Dan selalu memakai alat dan perlengkapan pembantu yang sesuai sehingga
pekerjaan dapat diselsaikan dengan mudah, cepat dan sempurna.
2.9 Pedoman
Melakukan Perawatan
Karyanto (2001) Hal-94,
menerangkan bahwa sebelum melakukan pembongkaran untuk perbaikan maka harus
memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
1. Persiapan kerja
a) Tempat kerja
harus terang
b) Harus ada meja
untuk tempat spare part
c) Menyiapkan
kaleng, minyak tanah atau solar dan kain
lap untuk mencuci spare part
d) Menyiapkan
kunci-kunci yang dibutuhkan
2. Membongkar
a) Membongkar
menurut prosedur yang ada
b) Tidak membongkar
bagian yang tidak perlu
c) Menyusun spare part yang telah dibongkar secara berurutan
3. Membersihkan
komponen / spare part
a) Mencuci komponen
yang vital
b) Mencuci komponen
pendukung
4. Pemasangan
kembali
a) Sebelum memasang
harus memeriksa keadaan komponen
b) Memasang sesuai
urutan
c) Mengencangkan
baut secara tepat
terimakasih:)
BalasHapus