2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Motor Diesel
Menurut Karyanto (2000)
motor bakar adalah suatu pesawat yang dapat mengubah energi panas menjadi energi
mekanik dengan jalan pembakaran bahan bakar. Didalam motor bakar mengenal dua macam pembakaran
yaitu motor pembakran dalam dan motor pembakaran luar. Dan juga untuk motor
pembakaran dalam menurut kontruksinya dibagi menjadi dua yaitu kontruksi motor
statis dan kontruksi motor dinamis. Menurut Sukuco dan
Zainal (2008) motor Diesel termasuk
dalam kelompok internal combustion engine,
yaitu motor yang proses pembakaran bahan bakarnya didalam motor itu sendiri. Internal combustin engine terbagi
menjadi dua macam yaitu spark ignition engine dan compression ignition engine. Spark Ignition Engine (SI Engine) adalah
motor letup di mana proses pembakaran bahan bakar (bensin) menggunakan percikan
bunga api (spark) dari busi.
Menurut Daryanto (2004), motor Diesel
adalah suatu motor bakar yang pada langkah pertama menghisap udara murni dari
saringan udara, sedangkan pemasukan bahan bakar dilakukan pada akhir langkah
kompresi yang mempunyai tekanan tinggi dan menghasilkan suhu yang mampu
menyalakan bahan bakar.
2.2 Prnsip Kerja Motor Diesel
Menurut Arismunandar dan Koici
Tsuda (1986), Perinsip kerja motor Diesel putaran tinggi yaitu, torak yang bergerak
translasi (bolak balik) didalam silinder dihubungkan dengan pena engkol dari
poros engkol yang berputar pada bantalannya, dengan perantara batang penggerak
atau batang penghubung. Campuran bahan bakar dan udara di bakar di dalam ruang
bakar, yaitu ruangan yang dibatasi oleh dinding silinder, kepala torak dan
kepala silinder. Gas pembakaran yang terjadi itu mampu menggerakan torak yang
selanjutnya memutar poros engkol. Pada kepala silinder terdapat katup hisap dan
katup buang. Katup hisap berfungsi memasukan udara segar ke dalam silinder,
sedangkan katup buang berfungsi mengeluarkan gas pembakaran, yang sudah tidak
terpakai, dari dalam silinder ke atmosfer.
2.2.1 Motor 4- Langkah
Menurut Harsanto (2002), motor
4-tak yang bekerja menurut proses tekanan rata disebut motor Diesel 4-tak.
Untuk mengetahui apa yang terjadi dalam silinder pada tiap langkah yang
berurutan, maka dibutuhkan sekali sebuah diagram di mana tekanan gas dapat dibaca
pada tiap kedudukan engkol atau torak.
Gambar 1. Diagram PV 4 tak
(Sumber: Harsanto,1997)
Pada gambar motor 4-tak
diatas, misalkan torak terdapat pada titik mati atas (TMA) sebelah kiri dan
akan mulai bergerak ke titik mati bawah (TMB) sebelah kanan dari titik A. Ruang
di belakang torak diperbesar hingga terpisahlah udara murni (bukan campuran
bahan bakar) melalui klep pemasukan yang telah terbuka sebelumnya. Tekanan didalam
silinder saat ini sedikit lebih rendah dari pada tekanan luar (garis AB).
Setelah torak mencapai titik mati sebelah kanan maka torak akan kebali lagi ke
sebelah kiri, klep pemasukan dan pengeluaran tertutup sehingga udara murni tadi
dipampatkan sampai kurang lebih 38 kg/cm2 (garis BC)
|
|
|
|
Gambar 2. Posisi
klep motor Diesel 4 tak
( Sumber: Harsanto,1997
)
Dimulai dari titik C bahan
bakar dimasukan ke dalam silinder berangsur-angsur selama 10% dari langkah.
Segera setelah bahan bakar bersentuhan dengan udara yang sangat panas maka
mulailah pembakarannya, suhunya naik menjadi 1200-16000 C. Tetapi
karena selama pembakaran tersebut torak langsung bergerak, maka ruang bakar
menjadi besar hingga tekanan pembakarannya hanya sedikit sekali naiknya, kemudian
turun lagi (garis CD).
Setelah pemasukan bahan bakar
dihentikan pada D, maka gas mulai mengembang sehingga tekanan turun (garis DE).
Selama langkah ini torak terdorong oleh gas dan diperoleh usaha yang langsung
dipindahkan ke poros engkol. Sebelum langkah ini berakhir, pada saat tekanan
gas kurang-lebih 2 atm, maka klep pengeluaran telah dibuka, dan gas sisa-sisa
pembakaran mengalir ke kanan udara luar. Tekanan akan terus turun dengan cepat
yang akhirnya akan sama dengan teknan udara luar. Klep pengeluaran tetep
terbuka dan torak yang bergerak kembali ke kiri mendorong gas-gas bekas ke luar
dari silinder selama langkah pengeluaran ini tekanan gas dalam silinder masih
sedikit lebih tinggi dari pada tekanan udara luar (garis EA).
2.2.2 Motor 2-Langkah
Gambar 3. Diagram
PV motor Diesel 2 tak
(Sumber : Harsanto,1997)
Menurut Haryanto (1997), Pada gambar
motor Diesel 2-langkah di atas, tidak terlihat garis-garis pemasuk dan
pengeluar seperti yang sering di dapat pada diagram motor 4-tak. Pada motor
4-tak pemasukan bahan bakar dan pengeluaran gas-gas bekas terjadi pada awal
langkah kompresi dan akhir langkah usaha. Misalkan silinder telah terisi dengan udara
dan torak mulai bergerak dari TMB ke TMA. Segera sesudah semua katup tertutup,
maka udara mulai dikomprimir hingga mencapai tekanan kurang lebih 38 kg/cm2
dan suhunya naik sampai kira-kira 5500C (garis AB). Kemudian terjadi
penyemprotan bahan bakar selama waktu tertentu. Bahan bakar ini bersentuhan
dengan udara yang sangat panas sehingga terjadilah penyalaan dan pembakaran.
Dalam hal itu torak sudah mulai kembali ke kanan, hingga tekanan pembakaran
hanya naik sampai kurang lebih 40 kg/cm2 (garis BC). Torak kembali
terdorong lagi ke TMB, sambil gas membuang dan memberi usaha pada poros engkol
(garis CD). Kurang lebih 20% sebelum TMA katup pengeluaran terbuka, gas bekas
mengalir ke luar dan tekanan turun sampai hampir 2 atm, torak masih bergerak ke
TMB (garis DE). 10% senbelum TMA torak membuka katup pembilas, udara baru masuk
ke dalam sailinder sambil mendorong keluar sisa-sisa pembakaran sampai pada titik
F torak akan kembali ke TMB lagi dan prosesnya terulang kembali.
2.3 Sistem-sistem Pada Motor Diesel
2.3.1 Sistem Start Motor Diesel
Pada umumnya motor Diesel distart dengan tenagan
tangan, dengan motor listrik, dengan motor bensin bantu, dengan udara tekan,
atau dengan peluru ledak.
Semua motor pembangkit tenaga, khususnya
motor Diesel tidak dapat hidup dengan sendirinya. Untuk menghidupkannya
diperlukan adanya usaha awal, yang disebut dengan sistem starting yang
menggunakan motor sarter. Usaha yang menghidupkan motor Diesel memerlukan
tenaga yang lebih besar dan kecepatan yang lebih tinggi.
Kecepatan
starter ini terkait dengan perinsip kerja motor Diesel, untuk memulai proses
pembakaran memerlukan panas yang diperoleh dari panas udara yang dikompresikan.
Apabila kecepatan starter rendah, maka terlalu banyak waktu yang menyebabkan
panas udara terserap oleh dinding ruang pembakaran. Sementara itu kecepatan
starter terkait langsung dengan tekanan kompresi. Semakin tinggi kecepatan
motor starter, maka akan semakin tinggi tenaga kompresi yang dihasilkan.
Rasionalnya semakin tinggi tekanan kompresi, maka akan semakin tinggi pula
temperatur udara yang di kompresikan. Dengan demikian semakin tinggi kecepatan
motor starter, maka akan semakin mudah
terjadinya proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder, macam-macam sistem
start adalah:
1.
Sistem start
manual
Sistem start manual dengan mengunakan tangan dan hanya dapat dilakukan
pada motor yang berukuran kecil, yang mempunyi lubang silinder tidak lebih dari
empat inchi dan hanya mempunyai satu atau dua silinder, karena tenaga manusia
tidak akan bisa mencapai tekanan yang dibutuhkan oleh motor untuk mengkompresi
udara dalam silinder, apabila motor yang akan distart berukuran besar harus
menggunakan alat bantu seperti udara tekan ataupun tenaga listrik.
2.
Sistim start
elektrik
Jumlah daya yang diperlukan untuk memutar poros
engkol motor Diesel dingin dan membawanya sampai kecepatan start biasanya
sedikit dibawah 10 persen, terutama dengan motor kecil. Pada motor yang
berukuan besar, daya ini lebih kecil, yaitu turun sampai sekitar 3 atau 4
persen dari keluaran daya ternilai. Sistem
start elektrik menggunakan arus searh karena energi listrik dalam bentuk ini
dapat disimpan dalam accu dan ditrik keluar kalau diperlukan untuk menstart. Setelah menstart, accu di isi kembali dengan generator yang digerakan oleh motor.
Sistem start dengan menggunakan listrik (sistem start elektrik) :
a. Accu penyimpan
b. Motor listrik arus searah (d-c)
c. Kabel, kawat dan saklar yang diperlukan
untuk melengkapi system start.
Gambar 4. Diagram cara kerja starter
(sumber : Karyanto, 2000)
3.
Sistem
start dengan menggunakan udara tekan
Motor
kapal yang lebih dari 25 DK, dalam kasus umumnya menggunakan udara tekan untuk kepentingan
menstart. Alasannya adalah bahwa udara tekan mudah diproduksi, mudah untuk disimpan,
dan sebagai gas, berkelakuan selama ekspansi mirip dengan gas pembakaran dalam
silinder. Stater udara tekan terutama untuk motor Diesel besar yang memerlukan
penggunaan energi besar dalam waktu singkat. Tekanan udara biasanya 150 sampai
300 psi. Motor injeksi udara mempunyai kompresor udara tekanan tinggi, dan
untuk memperkecil ukuran tangki udara, digunakan tekanan udara dari 500 sampai
750 psi.
2.3.2 Sistim
Pelumasan Motor Diesel
Pemberian minyak lumas antara dua permukaan
bantalan, yaitu permukaan yang bersinggungan, dengan tekanan, dan saling
bergerak satu terhadap yang lain, disebut pelumasan (lubrication). Dengan pelumasan dapat dicapai satu atau lebih
tujuan sebagai berikut:
- Mengurangi keausan permukaan bantalan
dengan menurunkan gesekan,
- Mendinginkan permukaan bantalan
dengan membawa pergi panas yang dibangkitkan oleh gesekan,
- Membersihkan pemukaan dengan mencuci
bersih serpihan-serpihan logam yang dihasilkan dari keausan,
- Membantu dalan menyekat ruangan yang
berdampingan dengan permukaan bantalan, misalnya silinder motor dengan
toraknya atau ruang karter dengan poros engkol yang berputar.
Menurut Sukoco dan Zainal (2008). Fungsi
pelumasan adalah untuk mengatasi terjadinya gesekan, maka minyak pelumas harus
mampu membuat lapisan diantara dua permukaan yang berbeda geraknya. Oleh sebab
itu maka salah satu syarat minyak pelumas adalah harus mempunyai viscositas/kekentalan
tertentu. Viscositas di perlukan untuk membentuk lapisan film oli antara
komponen yang bergesekan, dan untuk membentuk diperlukan tekanan. Fungsi yang
lain dari minyak pelumas adalah untuk menyerap panas komponen, panas yang
terjadi karena dua macam, yaitu panas karena pembakaran dan panas karena
gesekan.
Minyak
pelumas yang tidak baik dapat menyebabkan banyak gangguan yang dialami dalam
operasi motor, maka minyak pelumas yang digunakan harus yang memiliki mutu yang
baik, agar dapat melumasi bagian yang bergerak dengan baik dan komponen motor
tidak cepat mengalami kerusakan. Menurut
(Karyanto, 2000) Suatu pelumas motor yang ideal harus memenuhi
persyaratan:
- Harus memiliki kekentalan yang tepat
- Apabila terlalu rendah, lapisan oli
ini akan mudah rusak dan akan menyebabkan keausan pada komponen.
- Apabila terlalu tinggi, akan menambah
tahanan dalam gerakan komponen dan akan menyebabkan mesin berat di start
dan tenaga akan berkurang
- Kekentalan harus relatif stabil tanpa
terpengaruh adanya perubahan dalam temperatur
- Oli mesin harus sesuai dengan
penggunaan metal.
- Tidak merusak atau anti karat pada
komponen.
- Tidak menimbulkan busa
Menurut (Arismunandar dan Tsuda, 1986)
Motor Diesel bekerja pada keadaan yang lebih berat, untuk itu diperlukan minyak
pelumas yang berkualitas dan memenuhi persyarastan yang dapat memelihara dan
menjaga kualitas pada silinder sehingga mencegah keausan berlebihan pada komponen-komponen
motor yang bergerak diantaranya;
- Mencegah pelengketan torak
- Merapatkan kompresi dalam silinder
- Tidak meninggalkan endapan karbon
pada mahkota dan bagian atas dari torak dan dalam lubang buang serta
lubang bilas
- Tidak melapiskan lak pada permukaan
torak atau silinder
- Mencegah keausan bantalan
- Mencuci bagian dalam motor
- Tidak membentuk lumpur, menyumbat
saluran minyak, lapisan dan saringan, atau meninggalkan endapan pada
pendingin minyak (oil cooler)
- Dapat digunakan dengan sembarang
jenis saringan
- Penggunaannya hemat
- Memungkinkan selang wakktu lama
antara penggantian
- Membuat sifat baik pada start awal
- Stabilitas terhadap panas dan oksidasi.
Ada
pelumas yang lebih sukar, dimana pelumas tersebut adalah pelumasan terhadap
torak dengan dingin silinder. Apabila pada tempat tersebut, minyak menguap dan
terbakar, maka akan menyebabkan timbulnya kerak-kerak yang akan dapat
menimbulkan macetnya cincin torak ataupun kerusakan lainnya. Kekentalannya
tidak banyak terpengaruh oleh perubahan temperature. Untuk mempermudah start
pada temperature rendah, sebaiknya dipakai minyak pelumas yang encer, tetapi
mempunyai viskositas yang tinggi, agar masih dapat memberikan lapisan minyak
pada permukaan bagian yang bergerak, khususnya pada keadaan beban berat atau
pada waktu motor harus menghasilkan daya tinggi. Tidak menyebabkan korosi pada
logam. Untuk memenuhi persyratan tersebut diatas, maka minyak pelumas
digolongkan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan berat tugasnya masing-masing.
2.4.3 Sistem Pendinginan Motor Diesel
Menurut (Maleev, 1995) Panas
yang ditimbulkan di dalam silinder mesin oleh pembakaran bahan bakar berfariasi
dari kira-kira 6.000-10.000 Btu tiap jam. pengujian menunjukan bahwa dari 25-35
persen dari panas ini dalam mesin dengan pendingin air dan kira-kira 15-25
persen dalam mesin dengan pendingin udara, merambat ke dalam dinding silinder
dan harus dibuang. Kalau tidak diberikan suatu cara untuk membuang panas ini,
maka suhu dalam logam akan mulai mendekati suhu gas pembakaran pada saat
meninggalkan silinder mesin, yaitu kira-kira 800-1.200 F. oleh sebab itu,
pembuangan panas atau pendinginan ini, masalahnya sedemikian penting sehingga
jika tidak diatasi dengan baik, dapat lebih menyebabkan kerusakan pada setiap
fase operasi mesin yang lain.
Seluruh panas yang dibawa
ke luar dari mesin pada akhirnya akan dibawa ke atmosfer, mesikipun pertama
kali diberikan kepada air dalam sungai, danau, atau laut. Tetapi metode
pendingin dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu, pendinginan langsung
atau pendinginan udara, dan pendinginan tidak langsung atau pendinginan cairan.
Kedua metode ini berbeda dalam detail konstruksinya dan dalam keadaan
operasinya, terutama dalam suhu dinding silnder.
2.4.4 Sistem Bahan Bakar Motor Diesel
Menurut Maleev (1995)
Sistem bahan bakar dari instalasi motor Diesel didefinisikan sebagai peralatan
yang diperlukan untuk menangani minyak bahan bakar dari titik diserahkannya ke
instalasi sampai mencapai pompa injeksi bahan bakar. Peralatan ini terdiri atas
strainer dan saringan (filter), pompa transfer, tangki penyimpan dan tangki
harian, indikator permukaan tangki bahan bakar, pemipaan dan gelas penduga
untuk bahan bakar.
Selama pemindahan bahan
bakar dari tangki penyimpanan ke dalam mobil tangki, kapal tangki, selama
pengangkutan ke instalasi, dan selama pemindahan ke tangki penyimpanan di instalasi,
sering tercemar oleh debu, kerak tangki, air dan hasil oksidasi. Keadaan yang
sangat penting dari operasi yang berhasil ke pompa presisi tekanan tinggi dan
nozzel injeksi. Debu dalam bahan bakar berlaku sebagai amplas, kalau terdapat
debu maka pompa dengan plunyer yang masuk dengan rapat ke tong akan mulai bocor
dan tidak mampu lagi untuk bekerja sebagai alat penakar bahan bakar yang
teliti.
2.4 Perawatan
Perawatan
dibutuhkan akibat kerusakan yang terjadi karena usia mesin yang bertambah tua
dan ausnya komponen-komponen mesin yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan
mesin tersebut. Melalui perawatan kita ingin mengendalikan atau memperlambat
tingkat kemerosotan mesin yang biasanya di laksanakan dengan beberapa motivasi.
2.4.1 Pengertian Perawatan
Perawatan
adalah suatu usaha untuk memelihara keawetan dan kesempurnaan dari alat atau
perlengkapan agar selalu dalam keadaan baik, benar dan siap pakai. Perawatan merupakan elemen untuk menjaga agar peralatan dapat
bekerja dengan efektif dan mengurangi kemacetan hingga biaya operasional bisa ditekan serendah mungkin.
Pada umumnya sistem
perawatan mempunyai sifat untuk meningkatkan efektifitas, serta porsi
keuntungan bagi pemilik perusahaan, hal ini dimungkinkan karena dengan
perawatan sistem bahan bakar maka dapat ditekan ongkos produksi, disamping itu
dapat pula ditingkatkan kapasitas produksi suatu motor hingga batas umur
ekonomisnya.
Selama beroperasinya
motor dalam kegiatan penangkapan, belum tentu kondisi motor akan terus stabil
dan terkendali, tetapi kondisi motor akan cenderung menurun bahkan terjadi
kerusakan yang parah. Untuk mempertahankan kondisi kapal agar tetap stabil
perlu dilakukan tindakan perawatan yang terjadwal dan berkala bahkan bila motor
mengalami kerusakan perlu dilakukan tindakan perbaikan (repairing). Seperti
yang telah diketahui bahwa permotoran yang digunakan oleh nelayan pada umumnya
merupakan motor darat (non marine use) yang telah dimodifikasi untuk
beropasi di laut. Berbagai tindakan penting harus dilakukan agar motor dapat
beroperasi seperti sedia kala di laut dengan jam operasi yang maksimal.
2.4.2 Tujuan Perawatan
Kegiatan perawatan ini
terdiri atas kegiatan : pembersihan (cleaning), pemeriksaan (checking),
pelumasan dan pendinginan (lubricating and cooling), penyetelan (adjusting),
perbaikan (repairing) dan turun motor (over haule). Adapun tujuan
dari perawatan motor ini adalah :
- Memperpanjang masa pakai motor
- Menjamin kesiapan peralatan kerja
- Menjamin keselamatan kerja
- Menjamin kesiapan alat bila sewaktu-waktu diperlukan
- Kemampuan produksi tercapai sesuai
dengan yang direncanakan (Maimun,1995)
2.4.3 Prosedur Pemeliharaan/Perawatan
Prosedur
pemeliharaan/perawatan ini memiliki beberapa tahapan yang harus diperhatikan
dan dilaksanakan, yaitu pedoman untuk menyiapkan rencana pemeliharaan,
persiapan rencana pemeliharaan, pelaksanaan pemeliharaan/perawatan.
1.
Pedoman Untuk Menyiapkan
Rencana Pemeliharaan
Dalam pelaksanaan
pemeliharaan terhadap motor, maka perlu menyiapkan rencana pemeliharaan sesuai
dengan prosedur, yaitu dengan memperhatikan umur dari pada kapal, catatan
pekerjaan, catatan kerusakan serta ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Adapun rencana pemeliharaan yang disiapkan harus sesuai dengan pedoman-pedoman
pemeliharaan yaitu :
- Persiapan harus sesuai dengan standart pemeliharaan motor yang telah ditentukan oleh prosedur pemeliharaan/perawatan.
- Kegiatan yang tidak ditentukan dalam standar pemeliharaan motor, harus dikerjakan dengan mengacu pada rekomendasi pabrik pembuatnya.
- Semua pekerjaan/pemeliharaan harus dilakukan pencatatan dalam buku pemeliharaan.
- Dalam pencatatan pemeliharaan harus diberikan tanggal/batas waktu survey.
2.
Pesiapan rencana pemeliharaan
Untuk melaksanakan
pemeliharaan, sangat perlu mempersiapkan rencana pemeliharaan yang akan
dilakukan. Persiapan tersebut harus sesuai dengan prosedur dan standart
pemeliharaan agar dalam pelaksanaan pemeliharaan tidak terjadi kesulitan dan
dapat berjalan sesuai dengan rencana dan prosedur yang ada.
2.4.4 Jenis Kegiatan Perawatan.
Menurut
(Sardijo Baharudin,1978). Di dalam pemakaiannya motor Diesel memerlukan
perhatian dan perawatan yang tetap. Pada jangka waktu tertentu perlu diperiksa,
diperbaiki dan disetel kembali. Menurut buku manual
service perawatan motor terbagi dalam jarak waktu (interval). Jenis kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi :
1.
Perawatan Harian
Perawatan harian
dilakukan setiap hari, baik dilakukan di pelabuhan saat kapal tidak melakukan
operasi atau saat melakukan operasi penangkapan. Adapun kegiatan yang dilakukan
antara lain sebagai berikut:
a.
Pemeriksaan tangki harian bahan
bakar
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui jumlah pemakaian bahan bakar dan kemungkinan
terdapatnya kebocoran pada tangki. Tangki ini setiap hari harus dikontrol untuk
membuang air atau kotoran yang mengedap di dasar tangki. Isi tangki tidak boleh
kurang dari yang ditentukan, agar kotoran tidak terbawa masuk dalam motor.maka
pada tangki harus diberi saringan. Untuk mengetahui kapasitas tangki dapat dilihat
pada posisi gelas penduga. Untuk membuang kotoran atau air yang mengendap dapat
dilakukan pada bagian bawah tangki.
b.
Pemeriksaan pipa-pipa yang
dialiri bahan bakar
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui apakah pipa-pipa yang dialiri bahan bakar tidak
ada gangguan seperti kebocoran atau tersumbat.
c.
Pemeriksaan saringan bahan
bakar.
Pemeriksan
ini dilakukam untuk mencegah saringan dari debu, air atau endapan-endapan
lainnya yang berada di dalam saringan bahan bakar.
d.
Pemeriksaan pompa bahan bakar
Pemeriksan
ini dilakukan untuk megetahui tekanan hisap dari pompa bahan bakar. Pemeriksaan harian ini dilakukan
pada motor induk pada saat akan
dihidupkan dan pada saat motor induk akan dimatikan.
2. Perawatan Periodik
a. Perawatan 50-250 jam kerja terdiri dari :
1) Membersihkan
saringan bahan bakar.
Fungsi
saringan bahan bakar adalah untuk menyaring bahan bakar agar kotoran tidak ikut
serta masuk kedalam silinder. Dalam saringan ini semua kotoran-kotoran yang
berbentuk benda padat akan memisahkan diri dari bahan bakar tersebut. Saringan
ini merupakan penyaring yang terakhir dari bahan bakar solar sebelum masuk ke
pompa bahan bakar dan saringan bahan bakar ini harus dibersikan untuk membuang
kotoran-kotoran yang ada.
2) Membersikan tangki
harian bahan bakar
Bertujuan
untuk menjaga bahan bakar minyak tetap bersih pada waktu dipakai, sehingga
tidak terjadi penyumbatan pada pipa-pipa bahan bakar.
b. Setiap
1500 km
1) Membersihkan
saringan bahan bakar
2) Membersihkan
saringan minyak pelumas
3) Kedudukan minyak dalam bak engkol diperiksa dan jika perlu ditambahkan
isinya
c. Setiap 4500-5000 km
1) Mengecek kelonggaran katup serta bila perlu disetel sendiri
2) Membersihkan Saringan udara (air
cleaner)
3) Membersihkan Penyemprot dari sisa-sisa arang
4) Mengecek kembali kerapatan tingkat jarum penyemprotan
5) Mengecek dan membersihkan jarum serta alat pnangkap
6) Memeriksa kembali kerapatan disambungan saluran tekan bahan bakar.
3. Perawatan Berkala
Perawatan berkala
adalah Perawatan atau pencegahan yang di lakukan secara berkala, perawatannya
antara lain adalah:
a. Perawatan harian
1) Pemeriksaan minyak pelumas dalam
karter dan gear box pada saat motor
berjalan.
2) Pemeriksaan sistim pendingin dan
salurannya
3) Pemeriksaan dam membuang endapan
dan kotoran pada tangki bahan bakar
b. Perawatan
Mingguan
1)
Pemeriksaan bahan bakar pada
tangki harian motor pada saat akan distart
dan membuang kotoran yang
mengedap pada filter dan
tangki
2)
Membersihkan filter
bahan bakar minyak
3)
Membersihkan filter
minyak pelumas
4)
Pemeriksaan air aki, dan
tegangan/voltage aki
5)
Mengecek dan memberi pelumas
pada pompa-pompa
6)
Pelumasan pompa injeksi
c. Perawatan Bulanan
1) Membuka dan membersihkan tangki bahan bakar
2) Membuka dan membersihkan filter
oli
3) Mengganti minyak pelumas
motor sesuai petunjuk
4) Membersikan tangki bahan
bakar minyak
5) Membuka nozzel dan
membersihkan, kemudian tes nozzel
6) Mengecek injection timing
d. Perawatan
Tahunan
1) Silinder
Gambar 5. Metode mengangkat kepala silinder
(Sumber: Maleev, 1995)
Menurut Direktorat Jendral Perikanan
(1996), Tabung silinder pada umumnya di keluarkan dari blok motor pada 4000 s/d
6000 jam operasi namun dapat juga dilakukan
pada 2000 s/d 3000 jam operasi jika dirasa perlu. Pemeriksaan yang harus dilakukan
yaitu,
a)
Pemeriksaan adanya keretakan,
gesekan, lekukan dan keausan yang tidak bisa pada dinding silinder
b)
Pemeriksaan
adanya bintik warna putih susu, Bila dinding dilapisi chrom.
c)
Pemeriksaan
ada tidaknya bekas kebocoran dari paking kepala silinder
d)
Pemeriksaan
lebih cermat pada bagian atas silinder tempat cincin kompresi pertama
e)
Pemeriksaan
adanya korosi, pada cincin penyekat, paking dan bekas kebocoran air pendingin.
f)
Pemeriksaan
pada bagian luar silinder apakah adanya korosi
2) Toarak / Piston
Gambar 6. Piston motor Diesel jenis trunk
(Sumber: Sukoco dan Zainal, 2008)
Menurut Derektorat Jendral Perikanan
(1996), reparasi/pemeriksaan piston dilakukan pada 2000 s/d 3000 jam operasi
atau lebih kurang satu tahun sekali. Pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu,
a) Kerak-kerak karbon pada posisi puncak
torak dan lubang minyak pelumas sepanjang alur cincin minyak
b) Kerak-kerak pada permukaan atas torak dan
bawah kepala torak
c) Retak-retak dan korosi pada kepala torak
dan rusuk serta bantalan pena
d) Keausan badan torak (kemungkinan terjadi
benturan/gesekan)
e) Kelonggaran dan letak pena torak dan
bantalannya.
3) Cincin Torak
Gambar 7. Cara membuka cincin torak dan
cincin torak dalam silinder
(Sumber: Maleev, 1995)
Menurut
Direktorat Jendral Perikanan (1996), pemeriksaan yang harus dilakukan pada
cincin torak yaitu,
a)
Pemeriksaan keadaan cincin torak (kerusakan/ketidak normalan)
b)
Pengukuran lebar, tebal pada
beberapa bagian dan lebar celah cincin torak antara kedua ujungnya.
4) Poros Engkol
Gambar 8. Poros engkol
(Sumber: Arismunandar dan koici, 2004)
Reparasi/pemeriksaan
poros engkol dapat dilakukan setiap saat torak dikeluarkan dari dalam silinder.
Pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu,
a)
Pemeriksaan keadaan permukaan kontak bantalan, warna, korosi dan kondisi
pelumasan
b)
Pemeriksaan poros dudukan terhadap kemungkinan kotor, retak-retak, serta
keausan yang tidak normal
c)
Pemeriksaan keseimbangan poros, roda gigi, dan lubang minyak pelumas
5) Bantalan Utama Poros Engkol
Gambar 9. Bantalan utama
(Sumber: Maleev, 1995)
a)
Pemeriksaan
permukaan kontak antara bantalan dengan rumahnya.
b)
Pemeriksaan
keadaan sambungan, ulir batang dan kepala bautnya terhadap kerusakan yang
mungkin terjadi.
c)
Pemeriksaan kekokohan baut-bautnya.
d)
Pembongkaran terhadap bantalan
utama poros engkol dilakukan dua tahun sekali atau 4000 sampai 6000 jam kerja.
Batas pemakaian apabila bantalan utama
poros engkol sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan harus segera diganti.
6) Katup Hisap dan Katup Buang
Gambar 10. Katup masuk dan katup buang
(Sumber: Sukoco dan Zainal, 2008)
Menurut direktorat jendral (1996),
pemeriksaan katup-katup biasanya dilakikan pada 1000 s/d 1500 jam operasi.
Sedangkan pengatran celahnya dilakukan sewaktu-waktu sesuai kondisi operasi.
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu,
a) Perubahan warna, retak-retak, dan kerak
karbon pada ruang bakar dan katup-katup
b) Tanda-tanda bekas kebocoran gas pada kepal
silinder
c) Kerak-kerak dan saluran untuk air
pendingin
d) Kekokohan dan kondisi pada ulir dan baut
pengikat kepala silinder
Adapun skema aplikasi pemeliharaan dan perawatan
yaitu :
Gambar 11. Skema pemeliharaan
dan perawatan
( Sumber: Maimun, 2004 )
2.5 Komponen-Komponen
Motor Induk dan Perawatannya
2.5.1 Kepala Silinder
1. Pemeriksaan
Pastikan kepala silinder
dalam keadaan bersih, dan setelah kepala silinder bersih barulah diadakan
pemeriksaan secara sederhana yaitu,
pemeriksaan terhadap goresan, karatan, pecah dan keretakan yang dapat dilihat,
dudukan katup dan pengantar katup yang rusak.
Ketidak rataan bagian
permukaan kepala silinder yang diperbolehkan ialah tidak boleh lebih dari 20 µm
memanjang dan 100 µm melebar dan dapat diperiksa dengan menggunakan sebuah
mistar baja yang diletakan secara sudut menyudut pada permukaan kepala silinder
tersebut sedangkan ke ausannya diukur dengan bilah ukur (Feeler gauge). Pemeriksaan kerataan yang lebih meyakinkan dilakukan
dengan menggunakan sinar “X” atau “magnetik”
Gambar 12. Memeriksa kerataan kepala silinder
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
2. Perbaikan
Bagian permukaan kepala
silinder yang aus dapat diratakan kembali dengan sebuah mesin gerinda kepala
silinder. Lihat spesifikasi pabrik, setebal berapa millimeter atau inci bagian
tersebut boleh di gerinda. Membuang atau menggerinda sebagian kepala silinder
akan mengurangi ukuran ruang bakar dan perbandingan kompresinya akan berubah
menjadi lebih tinggi kecuali itu juga akan merubah langkah penumbukan katup.
Setelah kepala silinder
di gerinda harus menggunakan paking yang berukuran lebih tebal dari ukuran
semula, hal ini untuk memelihara kompresi dan bagian-bagian mesin lainnya yang
mugkin akan terganggu. Kepala silinder yang retak sebaiknya diganti dengan yang
baru.
2.5.2 Batang Pendorong
Katup (Push Rod)
1. Pemeriksaan
Push rod harus lurus
dan kedua ujungnya harus halus. Pemeriksaan kelurusan dapat dilakuakan dengan
meletakan kedua ujung batang tersebut pada dua buah blok V yang diletakan pada
sebuah meja perata. Untuk memeriksa kelurusan dipakai sebuah indikator jarum
yang ditempelkan pada batang pendorong tersebut, kemudian jarum indicator
tersebut diletakan pada angka “0” putarkan batang pendorong, jika jarum tidak
berubah dan tetap menunjuk di sekitar arah “0” maka batang pendorong tersebut
masih lurus.
Gambar 13. Memeriksa kelurusan batang pendorong (push rod)
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
2. Perbaikan
Push rod katup yang
bengkok (run out), dapat diluruskan dengan mengepres Push rod tersebut.
2.5.3 Pegas Katup
1. Pemeriksaan
Pegas-pegas katup yang
akan diperiksa harus dalam keadaan bersih,setelah pegas tersebut dipakai sekian
lama maka tegangan pegas dapat berkurang sehingga menggangu fungsi pegas dalam
kerja katup. Oleh karena itu pada saat reparasi semua pegas tegangannya harus
diperiksa dan harus dengan spesifikasi pabrik. Pegas-pegas katup yang lemah
harus diganti dengan yang baru. Kecuali tegangannya, panjang bebasnya juga harus
di periksa. Letakan pegas tersebut pada tempat yang rata, kemudian ukur dengan
sebuah mistar dan lihat spesifikasi pabrik panjag semula dari pegas tersebut
dan periksa juga dameter kawat pegasnya, kemungkinan aus.
Gambar 14. Mengukur panjang pegas
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
2. Pengetesan
Pasang katup pegas
pada alat pengetes yang di sebut “ Propietery gauge” atau “valve apring tester”
kemudian lengan pengungkitnya digerakan ke bawah, maka alat tersebut akan menunjukan
panjang pegas yang diharuskan dan besarnya tegangan pegas yang di dapat
sekarang. Dan jika pegas tersebut masih dalam keadaan baik maka dalam panjang
pegas tertentu, besarnya tegangan pegas tertentu pula hal ini harus dengan
spesifikasi pabrik.
Gambar 15. Memeriksa tegangan pegas katup
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
2.6.4 Tuas Ungkit dan
Poros
1. Pemeriksaan
Sebelum melakukan
pemeriksaan tuas ungkit dan poros harus dalam keadaan bersih. Pemeriksaan yang
dilakukan pada tuas ungkit adalah bagian ujug-ujung yang berhubungan dengan
batang katup, harus halus dan mempunyai bentuk cembung dan bagian ujung yang
lain ialah yang berhubungan dengan batang pendorong soketnya harus halus
sedangkan pada tuas ungkit, sekrup penyetel harus halus. Keadaan tuas ungkit
harus diperksa keausan dan kehalusannya, sedangkan kebebasan antara lubang tuas
ungkit dan poros yang diperbolehkan ialah 80 µm dan 100 µm.
Gambar 16. Memeriksa keausan dan kehalusan soket tuas ungkit
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
2. Perbaikan
Ujung tuas ungkit yang
dihubungkan dengan batang katup jika aus dapat diperbaiki dengan jalan digerinda
dengan mesin gerinda katup yang memiliki perlengkapan khusus. Bila bagian skrup
penyetelan aus maka bagian tersebut harus diganti dan jika tuas pengungkit yang
mempunyai soket dan aus maka harus diganti.
2.5.5 Katup
1. Pemeriksaan
Katup-katup harus di
simpan dengan baik di atur menurut urutan seperti pada motornya, jangan di
tukar-tukar.
2. Sebeb-sebab terjadi
keausan pada katup
Katup-katup yang
terbakar dan berlubang-lubang, di sebabkan katupnya macet pada bagian pengatur
katup. Hal ini disebabkan kekurangan celah bebas, pegas katup sudah lemah,
pendinginan katup tidak sempurna, batang katup kasar, timing katup dan motor
tidak tepat.
Gambar 17. Keausan katup
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
Tanda arang tebal yang
melekat pada kepala katup ialah karena pengantar katupnya aus, bos tuas ungkit
aus, karet sil rusak, saluran silinder tersumbat, lubang-lubang pada poros tuas
ungkit tidak tepat pada waktu memasang.
Gambar 18. Arang tebal melekat di bawah kepala katup
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
3. Perbaikan
Sebelum diperbaiki arang-arang yang
melekat pada katup harus dibersihkan dahulu dengan menggunakan sikat kawat atau
di rendam pada minyak solar kemudian di bersihkan. Bagian katup yang di
perbaiki ialah bagian permukaan katup, dan ujung batang pada katupnya.
Gambar 19. Katup yang telah di bersihkan
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
Pada saat menggerinda katup,
periksa terlebih dahulu sudut katupnya. Pada sebagian motor sudut katup masuk
dan buang sama yaitu 450, tetapi pada sebaian motor lagi sudut katup
masuk 300 dan sudut katup buang 450, menggerinda sudut
katup harus dibuat selisih 10 dengan sudut dudukan katup agar hubungan katup dan dudukannya cepat rapat pada
waktu disekir.
Gambar 20. Katup dan dudukan katup
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
4. Mengetes dudukan katup
Setelah dudukan katup sudah digerinda,
keadaan dudukan harus diperiksa dengan sebuah indikator dudukan katup.
Gambar 21. Mengetes dudukan katup
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
e.
Menyekur katup
Pekerjaan ini bertujuan
untuk lebih merapatkan hubungan antara katup dengan dudukannya. Untuk menggosok
sudut katup dengan dudukannya disediakan pasta ambril kasar dan halus, yang
kasar untuk pekerjaan pendahuluan dan yang halus untuk pekerjaan menghaluskan.
Sudut katup diberi
pasta ambril secukupnya, pasang katup pada dudukannya kemudian putar katup ke
kanan dan ke kiri dengan alat penyekur, jika pekerjaan ini menggunakan alat
pemutar khusus maka jangan lupa meeasang pegas alat tersebut.
Pada saat menyekur hars hati-hati jangan sampai pasta ambril masuk
ke dalam lubang pengantar katup hal tersebut akan merusak batang katupmaupun
pengantar katup,
setelah semuanya seesai bersihkan katup dan dudukannya menggunakan
bensin sampai benar-benar bersih.
Gambar 22. Memasang pegas dibawah kepala katup dan cara menyekur
katup
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
6. Mengukur Kebebasan Batang
Katup
Pada mesin-mesin yang
batang katupnya menggunakan seal karet, keausan batang katup dengan
penghantarnya ialah maksimum 125 µm untuk katup masuk dan untuk katup buang
ialah 150 µm.
Gambar 23. Mengukur kebebasan batang katup
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
Pada penghantar katup
yang dapat dilepas jika terjadi ke ausan maka dapat diganti dengan yang baru
dengan jalan melepas penghantar yang lama.
Gambar 24. Penghantar katup tetap dan penghantar lepas
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
7). Memasang Katup
Gambar 25. Memasang katup
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
Pasang pegas katup, bagian
ujung dan lilitannya rapat dan harus menempel pada kepala silinder. Jika
menggunakan pegas ganda atau pegas peredam maka ujung pegas-pegas tersebut di
pasang 180 derajat terpisah. Pasang cincin penutup pegas, tekan pegasnya dengan
kompresor pegas sampai alur tempat seal minyak tampak. Pasang seal minyak pada
alur kemudian pasang kunci katupnya, lepaskan kompresor pegas perlahan-lahan
sampai katup dan pegas katup terkunci.
2.6.6 Poros Engkol
1. Memperbaiki
Poros utama dan poros
batang penggerak akan menjadi aus setelah mesin dipakai beberapa lama. Banyak
hal yang menyebabkan keausan seperti tekanan-tekanan, bagian-bagian mesin yang
bengkok, kotoran-kotoran yang tajam dalam minyak pelumas. Hal-hal tersebut
menyebabkan poros utama dan poros batang penggerak menjadi bergores-gores,
tirus, atau aus merata diameternya menjadi kecil.
2.
Memeriksa kelurusan
poros engkol.
Gambar 26. Melurusan poros engkol dengan alat pengepres
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
Letakan poros engkol
pada dua buah blok V, periksa kebenjolan tiap-tiap poros utama dengan sebuah
diel indicator. Pasang dial indicator pada poros utama yang tengah putarkan
poros tersebut dan catat kebenjolannya. Periksa masing-masing poros utama untuk
mengukur poros utama yang paling pinggir, pindahkan blok V pada poros utama
yang terletak pada bagian dalam.
Kebengkokan yang di ijinkan
adalah 24 µm diantara poros utama dan 50 µm untuk keseluruhan poros utama,
poros engkol yang tidak begitu bengkok dapat diluruskan dengan dipres pada sebuah alat khusus.
Gambar 27. Meluruskan poros engkol pada pengepres khusus
(Sumber: Sudardijo dan Baharudin, 1978)
2.6 Pengoperasian Motor Induk
Pengoperasian motor induk harus sesuai dengan waktu/jadwal yang telah
ditentukan, dalam hal ini buku petunjuk (manual
book) dari suatu motor yang ditentukan oleh pabrik pembuat motor. Hal ini
dilakukan dengan harapan dapat memperpanjang umur motor untuk dapat beroperasi, karena dengan pengoperasian motor
induk yang sesuai dengan aturan, maka kerusakan dapat ditekan seminimal mungkin dan otomatis anggaran untuk operasioanal motor juga dapat
ditekan seminimal mungkin. Cara pengoperasian
motor induk meliputi:
2.6.1
Persiapan Sebelum Menghidupkan Motor Induk
Menurut (Arismunandar, 1986) dalam bukunya motor Diesel
putaran tinggi ada lima hal yang harus diperhatikan sebelum menyetart motor,
diantaranya:
- Periksalah jumlah minyak pelumas dengan
menggunakan batang pengukur minyak pelumas. Tariklah batang tersebut dari
dalam motor dan bersihkan dengan lap yang bersih, kemudian kembalikan
ketempat semula. Tariklah batang pengukur tersebut sekali lagi, dan periksalah apakah batang tersebut dilumasi minyak pelumas
sampai batas yang diminta, apabila tidak, tambahkan minyak pelumas
secukupnya, sampai batas yang ditentukan.
- Periksalah keadaan air pendingin, apakah jumlahnya
sesuai dengan yang tercantum dalam buku pedoman. Jangan sampai kekurangan
air pendingin. Untuk motor dengan
pendingin udara periksa keadaan kipas udara dan saluran udara pendinginnya
yang harus bersih serta tidak ada kemungkinan terjadi kebocoran udara.
- Periksalah jumlah bahan bakar didalam tangki, kemudian
bukalah keran bahan bakarnya. Jumlah bahan bakar harus dapat mencukupi
kebutuhan sehingga motor tidak akan mati karena kehabisan bahan bakar.
Apabila motor sudah lama tidak dipergunakan, maka sebelum motor distart
buanglah udara dari saluran bahan bakarnya.
- Periksalah hubungan listrik dari baterai ke
motor stater, atau tekanan udara yang diperlukan untuk menyetart.
- Periksa apakah motor sudah tidak dibebani; motor
tidak boleh dibebani dalam keadaan distart.
2.6.2 Cara Menghidupkan Motor (starting)
Apabila
poin-poin sudah diamati dan dipersiapkan maka pengoperasian akan sangat mudah
dilakukan, dalam hal ini start dengan udara tekan.
- Katup utama penstater udara dibuka
dan batang penstater diatur menurut petunjuk yang diberikan dalam buku
petunjuk motor(manual book).
- Motor diawasi tidak boleh digunakan
udara yang tidak diperlukan. Pada tanda pertama dari pembakaran udara harus
dimatikan dan katup ventilasi dibuka.
- Sebuah motor dalam keadaan baik
biasanya dimulai penyalaan diantara putaran yang kedua dari poros engkol.
- Bila motor gagal distart setelah
empat atu liama putaran, berarti sesuatu yang salah. Pemutaran tidak berguna
dari motor harus dihentikan dan penyebab gangguan diselidiki.
- Apabila tekanan penstater udara
rendah karena kebocoran lambat dari udara melalui sambungan udara yang
bocor atau kegagalan motor untuk start pada pencobaan pertama, terdapat
beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memastikan tekanan penstater
yang diprlukan tetapi jangan sekali-kali menggunakan oksigen murni untuk
kepentingan start.
- Tabung udara tekan dapat diperoleh
dan isinya dimasukan kedalam penampung motor, atau sebotol karbon dioksida
dapat diperoleh dari sumber soda setempat dan disisipkan kedalam botol
penstater. Gas ini
cair pada suhu biasa dan tekanan kira-kira 800 psi. Oleh karena itu
diperlukan untuk sedikit memanaskan dengan menguapkan karbon dioksida ini.
Panas ini dapat diberikan dengan menuangkan air panas ke dalam botol atau
membungkuskan kain yang telah direndam air.
2.6.3 Pemanasan Motor
Setelah
motor dapat distart, sebelum dibebani, dibiarkan tanpa keja untuk beberapa
menit (sampai 5 menit) dan menjadi panas. Selama 5 menit pengamatan berikut
harus dilakukan.
- Dengarkan apakah pembakaran seperti
biasa dan urutan pengapian benar,
periksa seluruh silinder untuk pembakarannya, dan perhatikan kerja
dari pompa injeksi untuk mengetahui apakah semuanya beroperasi dengan
baik.
- Amati sistem air pendingin keseluruhan
untuk mengetahui apakah pompa bekerja dan terdapat air yang cukup,
lihatlah apakah suhu air menanjak dengan baik, dan atur aliran air untuk
memastikannya.
- Amati tekanan pelumasan dan kerja
dari alat pelumas, dan hitung jumalah tetesan untuk operasi yang benar.
Periksa apakah ada silinder yang terlalu cepat panas yang menunjukan
adanya torak yang tidak terlumasi dan dengarkan kalau ada bantalan pena
torak atau pena engkol yang tidak terlumasi. Kalau ada bagian bergerak
yang tidak cukup mendapatkan minyak lumas, dapat mengakibatkan kerusakan yang
berat.
- Amati warna dan suara gas buang,
untuk mengetahui mengetahui keadaan yang baik. Pengmatan ini harus diulangi
setelah beban disambungkan, warna gas buang dapat menandakan gangguan yang sedang terjadi pada motor.
- Tindakan pengamatan ini selama lima
menit pertama setelah menstart harus menjadi kebiasaan bagi operator motor.
Prosedur ini merupakan metode yang paling baik dan terandalkan untuk
mencegah operasi yang tidak benar. Ini didasarkan pada kenyatan bahwa motor
Diesel memerlukan bukannya banyak perhatian,
melainkan perhatian yang layak pada saat yang tepat. Juga didasarkan pada
kenyataan yang telah diketahui bahwa motor Diesel harus
dioperasikan dengan baik dalam lima menit atau terdapat satu kelainan yang
harus ditemukan dalam lima menit tersebut.
- Perlu dicatat bahwa pengamatan tertentu
harus dilakukan, yaitu kalau terdapat kebocoran pada jacket air, katup injeksi, katup
udara, dan sebagainya, mungkin tidak terlihat sampai penuaian sepenuhnya
dari bagian yang bersangkutan terjadi, setelah motor beroperasi untuk
waktu yang lebih lama dalam beban normal. Tidak boleh ada jenis kebocoran
apapun juga, kalau motor tidak dapat dihentikan sementara motor sedang berjalan, motor
harus dihentikan dan tidak boleh distart kembali sampai kerusakan diatasi.
2.6.4
Mematikan Motor (Stopping)
Janganlah mematikan motor dengan tiba-tiba,
lepaskan bebannya terlebih dahulu secara berangsur-angsur, kemudian biarkan motor menjadi agak
dingin setelah itu motor baru boleh dimatikan.
Ada dua cara mematikan motor yaitu di antaranya:
1. Menutup aliran bahan bakar
2. Menekan atau menarik tuas
dekompresi sehingga tidak terjadi proses kompresi.
Cara yang kedua dikatakan lebih menguntungkan oleh
karena dalam
hal tersebut, motor akan berhenti pada kedudukan poros engkol yang sembarang.
Hal ini berarti bahwa pada waktu motor berhenti, posisi beberapa roda gigi daya
terhadap pinion metor stater boleh dikatakan berubah-ubah. Dengan demikian, maka keausan
gigi roda gaya karena kerja motor stater boleh dikatakan bahwa pada waktu motor berhenti, posisi
beberapa gigi roda gaya tehadap motor stater boleh dikatakan konstan sehingga keausan
gigi roda gaya tidaklah merata.
Untuk menstop aliran bahan bakar dari motor dengan governor peneumatik, tariklah tuas
penyetop kearah pengurangan bahan bakar sampai mencapai posisi yang terjauh
sehingga motor berhenti bekerja. Kalau tuas tersebut tidak ditarik penuh,
dikawatirkan motor akan bekerja dengan putaran poros engkol yang berlawanan.
Apabila putaran motor terbalik, maka katup hisap akan berfungsi
sebagai katup buang sehingga gas buang akan keluar melalui saringan udara, dan
biasanya disertai dengan bunyi. Apabila terjadi hal tersebut, maka ada bebrapa
hal yang harus dilakuakan, diantaranya:
- Penyetelan governor untuk
daya maximum, yaitu membuka selebar-lebarnya katup udara dari ruang tekanan udara. Sesudah itu tarik tuas penyetopnya.
- Pemasangan beban, atau jalan kan alat
peredam (kalau ada); yaitu dengan cara mematiakn motor dengan memberikan
momen puntir.
- Melakukan penutupan atau penyumbatan
pipa buang dengan kayu atau apa saja yang dapat menghalangi udara atmosfir
masuk kedalam motor.
- Apabila motor sudah berhenti bekerja,
lakukanlah tindakan lanjut sebagai berikut:
- Mengembalikan letak tuas kompresi
pada posisi jalan.
- Menutup kran bahan bakar.
- Memutar kunci kontak stater pada
posisi “off”.
- Menutup kran air pendingin.
- Apabila ada kemungkinan pembekuan air
pendingin, bukalah kran pembuangan sehingga air keluar dari block motor.
2.7 Manajemen Perawatan Motor
Penerapan manajemen pada perawatan motor induk dikapal adalah merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai keberhasilan yang maksimal dari sistem
perawatan motor yang sedang dilakukan. Penerapan yang dilakukan ini meliputi
perencanaan kegiatan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan pengadaan
suku cadang.
2.7.1 Perencanaan Kegiatan (Planning)
Semua aktifitas yang akan dilakukan dilapangan haruslah terlebih dahulu
ditulis dan direncanakan secara cermat dan teliti sebagai dasar penyelesaian
atas waktu dan biaya penyelesaian pekerjaan tersebut. Oleh karena itu perawatan
dikapal dibuat jadwal kerja dan pembagian tugas dimana sistem dan bagian mana
yang perlu dilakukan perawatan.
Menurut
Suharto (1991) ada beberapa tugas atau kegiatan dalam perencanaan kegiatan
perawatan motor. Kegiatan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Inspeksi
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan
pengecekan atau pemeriksaan berkala motor dan juga peralatan sesuai dengan
rencana serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan terhadap peralatan yang
mengalami kerusakan dan membuat laporan dari hasil pengecekan atau pemeriksaan
yang telah dilakukan tersebut.
- Kegiatan teknis
Kegiatan ini meliputi kegiatan
pengembangan peralatan atau komponen-komponen motor yang perlu diganti termasuk
pengadaan suku cadang atau spare part.
- Kegiatan produksi
Kegiatan produksi ini adalah merupakan
kegiatan perawatan yang sebenarnya yaitu memperbaiki dan mereparasi kerusakan
motor.
- Kegiatan administrasi
Merupakan kegiatan yang berhubungan
pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan
perawatan, misalnya pembelian suku cadang (spare
part) yang dibutuhkan.
2.7.2 Pengorganisasian (Organizing)
Dalam
menjalankan kegiatan pengoperasian, perawatan dan perbaikan pada motor dikapal
maka perlu adanya pembagian tugas bagi pelaksana kegiatan dikapal tersebut dengan wewenang dan
tanggung jawab yang jelas. Menurut
Soebekti (1988) bahwa dalam pengorganisasian diatas kapal nahkoda mempunyai
kedudukan yang tinggi dan membawahi dua golongan awak kapal yaitu perwira kapal
dan ABK. Sedangkan pada kamar motor KKM merupakan pemegang pimpinan tertinggi
yang mana daalm menjalankan tugasnya dibantu oleh perwira dan ABK mesin yaitu :
Masinis I, II, III, bahkan bisa IV, juru minyak kapal (oiler) I, II, III dan IV
serta kelasi motor A dan B.
2.7.3 Penggerakan (Actuating)
Dalam penggerakan ini seorang pemimpin harus mengambil langkah-langkah yang
dianggap perlu, supaya orang-orang (bawahan) dapat melaksanakan proses
perawatan dengan baik. Jadi harus dimulai usaha-usaha untuk memerintah bawahan
memulai bekerja dan harus bekerja. Langkah yang ditempuh adalah
mengkomunikasikan, memimpin, membimbing, dan memberikan perintah atau intruksi.
2.7.4 Pengawasan (Controlling)
Kegiatan pimpinan yang mengusahakan agar pekerjaan dapat terselesaikan
dengan baik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dari awal. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang telah dikerjakan.
- Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman buku manual yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
- Perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat sesuai dengan apa yang telah direncanakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar