2 TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Motor Diesel
Menurut Sukoco dan Arifin ( 2008, hal-1
) motor diesel merupakan salah satu jenis mesin yang telah dikembangkan oleh
manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Motor diesel termasuk pada
kelompok mesin pembakaran bahan bakar didalam mesin itu sendiri. Seperti yang
telah diketahui bahwa motor diesel menggunakan energi panas yang terkandung
dalam bahan bakar.
2.2 Bahan Bakar
Menurut Karyanto (2008, hal-76,77 ),
pilihan dari jenis bahan bakar minyak ini diperlukan untuk mesin-mesin diesel,
adalah tergantung dari peralatan tersebut.
1. Minyak
Solar :
Minyak solar adalah bahan bakar minyak
jenis distillate dan berwarna kuning coklat yang jernih. Minyak solar ini pada
umumnya dipergunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis diesel dan juga
sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung didalam dapur-dapur kecil, dimana
dikehendaki pembakaran yang bersih. Minyak ini sering disebut juga sebagai Gas
Oil, ADO atau HSD.
2. Minyak
Diesel :
Minyak diesel adalah bahan bakar minyak jenis
distillate yang mengandung fraksi-fraksi yang berat atau campuran dari jenis
distillate dengan fraksi-fraksi yang berat
( Residual Fuel Oil ) dan
berwarna serta hitam serta gelap, akan tetap cair pada suhu rendah.Minyak
diesel ini dipergunakan sebagai bahan bakar dari mesin diesel yang berputar
sedang/lambat dan juga sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung dalam
dapur-dapur industry. Minyak ini sering disebut juga sebagai IDO atau MDF.
Ciri-ciri bahan bakar
minyak
Ciri-ciri
bahan bakar yang perlu diketahui secara umum adalah sebagai berikut:
1) Berat
jenis
2) Nilai
kalori
3) Viskositas
4) Balerang
( Sulphur )
5) Arang
( Karbon )
6) Air
dan endapan
7) Titik
ruang ( Pour Point )
8) Titik
nyala
9) Kadar
abu
10) Angka
cetan
Menurut Arismunandar dan Koichi Tsuda (
2004, hal-11,12), pada tahap pertama perkembangan motor diesel, dipakai serbuk
batu bara sebagai bahan bakarnya. Tetapi oleh karena tidak ada berhasil dan
tidak praktis maka batu bara tidak lagi dipergunakan. Maka sampai saat ini
minyak bakar ( bahan bakar cair ) yang banyak dipergunakan. Namun ditempat
dimna banyak terdapat gas bakar ( bahan bakar gas), motor diesel dapat bekerja
dengan dua macam bahan bakar. Dalam hal tersebut gas bahan bakar dimasukan
kedalam silinder sehingga terjadi pembakaran. Minyak bakar dapat merupakan
minyak berat untuk motor diesel putaran tinggi.
2.3 Syarat-Syarat Bahan
Bakar
Menurut Sujanto ( 1982, hal-68 ), minyak
bakar didapat dari distilasi minyak kasar yang lazim disebut residu. Residu
setelah dipanaskan dan disaring, dikabutkan untuk pembakaran. Minyak bakar
harus memenuhi syarat-syarat
tertentu antara lain :
1) Nilai
Pembakaran Ialah jumlah panas yang dihasilkan dari pembakaran secara sempurna
dari satu Kg minyak bakar. Nilai rata-rata 10,000 Kkal/Kg. Nilai ini dapat
ditentukan dengan Kalorimeter.
2) Titik
Nyala Ialah suhu terendah dimana minyak akan menghasilkan uap yang mudah
terbakar. Titik nyala tidak boleh lebih rendah dari 55º C. Titik nyala
ditentukan dengan alat Pensky martin.
3) Titik
bakar ialah suhu dimana uap yang timbul akan terus menerus terbakar. Suhu ini
kira-kira 10º sampai dengan 20º C lebih tinggi dari titik nyala.
4) Berat
jenis ialah perbandingan antara berat dan isi tertentu dari minyak. Berat jenis
minyak pada suhu 15º C rata-rata 0,98. Nilai tersebut akan berkurang 1% pada
setiap 15º C kenaikan suhu.
5) Viscositas
ialah derajat kekentalan minyak, dinyatakan dalam macam-macam satuan misalnya
derajat Engler, Second Saybold Furol (
SSF ), atau Secon Saybold Universal ( SSU ). Minyak dengan viscositas tinggi
akan sukar dipompa dan minyak dengan viscositas rendah mudah dipompa. Minyak
bakar harus dipanaskan sedemikian rupa, sehingga viskositas minyak pada waktu
sampai pembakar ± 2º Engler.
2.4 Sistem Bahan Bakar
Menurut Arismunandar ( 2005, hal-89,91 )
terdapat beberapa sistem penyaluran bahan bakar sampai masuk kedalam silinder
yang paling banyak dipergunakan pada motor diesel ialah :
1) Sistem
pompa pribadi
2) Sistem
distribusi, dan
3) Sistem
akumulator
Ketiga sistem ini mempergunakan beberapa
komponen yang sama yaitu tangki, beberapa saringan, dan pompa ( tekanan rendah
) penyalur. Ketiga sistem ini mempergunakan tekanan tinggi, tetapi terdapat
perbedaan dalam jumlah atau fungsinya. Sistem pribadi menggunakan pompa tekanan
tinggi.
Pompa ini adalah pompa plunyer yang dilengkapi
dengan peralatan pengatur kapasitas daya yang diperlukan untuk menggerakan
pompa diambil dari gaya yang telah ditentukan.
Sistem distribusi dan accumulator,
masing-masing hanya menggunakan satu slinder, pada sistem distribusi pompa
tersebut mengalirkan bahan bakar bertekanan tinggi kedalam distributor.
Distributor adalah alat untuk membagi bahan bakar kedalam setiap penyemprotan
sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.
Gambar 1. Skema Sistem Penyaluran Bahan
Bakar
( Sumber : Arismunandar, 2005. Hal-90 )
2.5 Sistem Aliran Bahan
Bakar
Menurut Boenarto ( 2004 ), sistem aliran
bahan bakar pada suatu mesin kapal tidak tidak selalu sama, namun secara umum
sistem pengaliran bahan bakar dikapal harus dilengkapi dengan beberapa komponen
yang mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, tetapi dalam kerjanya satu
dengan yang lainnya salaing berhubungan sangat erat.
Fungsi sistem aliran bahan bakar adalah sebagai
berikut :
1) Mengalirkan
bahan bakar ke tangki harian
2) Untuk
menekan bahan bakar dengan tekanan tinggi
3) Mengatur
bahan bakar pada saat penyemprotan
4) Mengatur
lamanya penyemprotan bahan bakar
5) Mengatur
jumlah bahan bakar yang disalurkan
6) Mengabutkan
dan mendistribusikan bahan bakar diseluruh ruang pembakaran
Gambar
2. Sistem Aliran Bahan Bakar
( Sumber : Boenarto, 2004 )
2.6 Komponen Sistem
Bahan Bakar
Menurut Sukoco dan Arifin ( 2008, hal-71
), Komponen sistem bahan bakar motor diesel secara sederhana ialah : tangki
bahan bakar berfungsi untuk menyimpan persediaan bahan bakar untuk mesin,
Priming Pump atau transfer pump menjadi satu unit, namun fungsinya berbeda.
Priming pump berfungsi untuk memompa bahan bakar secara manual, saat melakukan
proses pengeluaran udara dari sistem bahan bakar ( proses bleeding ). Sementara
transfer pump berfungsi untuk mengalirkan bahan bakar dari tangki kepompa
injeksi melalui filter selama mesin hidup.
Transfer pump digerakan bersama dengan
poros nok pompa injeksi. Bahan bakar dari pompa injeksi setelah diukur jumlahnya sesuai dengan kebutuhan mesin,
ditekan keinjektor, injector berfungsi untuk mengabutkan bahan bakar, hingga .
bercampur dengan udara yang telah dikompresikan didalam silinder.
Pengiriman bahan bakar oleh transfer pump
kepompa injeksi sering berlebihan. Oleh karena itu, dari pompa disediakan
saluran kelebihan bahan bakar ( over low
) yang dijadikan satu dengan saluran kebocoran ( leak off ) dari injector pengembalian ketangki bahan bakar. Adapin
busi pijar dipergunakan pada motor diesel dengan indirect injection berfungsi
sebagai pemanas ruang pembakaran saat start.
2.6.1 Tangki Bahan
Bakar
1
Tangki Penyimpanan
Menurut Maleev ( 1995, hal-174), tangki
penyimpanan utama dapat ditempatkan diatas atau dibawah, tangki ini harus
dilengkapi dengan peralatan untuk mnguras air endapan. Ujung pipa penghisapan
bahan bakar harus diatas titik yang mungkin dicapai oleh endapan, paling tidak
2 sampai 3 inchi diatas alas tangki harus mempunyai ventilasi dengan puncak
yang memiliki tutup anti hujan standart.
2.Tangki
harian
Menurut Maleev ( 1995, hal 175 ) tangki
harian ( day tank ) sering disebut tangki harian, karena harus berisi minyak
cukup untuk mengoperasikan mesin selama satu hari kerja penuh, atau 8-9 jam.
Untuk
mesin besar tangki harian menyediakan bahan bakar harus berisi bahan bakar
sebanyak yang dijinkan oleh peraturan pemadam kebakaran. Tangki harian
ditempatkan atas kepala, tangki harian yang disimpan diatas kepala pada umumnya
digunakan dengan aliran gaya berat kepompa injeksi pada mesin.
2.6.2 Saringan Bahan
Bakar
Menurut Daryanto ( 2002, hal-69 ), dalam
bahan bakar motor diesel, banyak atau sedikit selalu mengandung kotoran zat
padat, yang mana kotoran tersebut sama sekali tidak boleh berada dalam pompa
bahan bakar, apalagi dalam pengabut ( Injektor
), hal ini dapat dicegah oleh alat penyaringbahan bakar.
Minyak yang telah disaring pada saringan
pertama, disaring lagi pada saringan yang kedua. Saringan bahan bakar
memerlukan pemeliharaan yang terus
menerus janganlah menunggu sampai saringan itu penuh dengan kotoran debu tapi
elemen saringan harus kita perbaharui pada waktu tertentu.
2.6.3 Pompa bahan bakar
Menurut Maleev ( 1995, hal-177 ), setiap
instalasi diesel biasanya mempunyai beberapa pompa bahan bakar, satu untunk
mengosongkan tangki kapal dan satu untuk mengalirkan bahan bakar kepompa
injeksi. Untuk pengosongan tangki kapal dapat dilakukan dengan gaya berat,
sedangkan pompa untuk mengalirkan bahan bakar kepompa injeksi dipasang apabila
tangki harian tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.
Dua pompa tersebut yang pertama biasanya
digerakjan oleh motor listrik, tapi unit darurat yang dioperasikan dengan
tangan harus diinstalasi untuk pompa jenis kedua, sehingga minyak dapat
disediakan kepada mesin dalam hal ada ganguan pada suatu tenaga listrik. Tetapi
instalasi kecil kadang-kadang hanya mempunyai pompa lainya biasanya digerakan
oleh mesinnya sendiri.
Gambar
4. Jenis-jenis Pompa Pemindah Bahan Bakar
( Sumber : Maleev.1995, hal-172 )
1. Pompa
penyalur bahan bakar
Menurut Karyanto ( 2002,hal-177) pompa
penyalur bahan bakar menurut dalam istilah asing disebut Fuel feed Pump atau
fuek lift Pump. Pompa penyalur bahan bakar terdiri dari pompa penyalur dan
pompa priming.
Pompa penyalur digerakan oleh hubungan (
camshaft ) pompa injeksi, sedangkan pompa priming digerakkan dengan tangan.
Bahan bakar yang cukup harus selalu tersedia didalam ruangan bahan bakar
sewaktu ada tekanan, sebab elemen pompa injeksi tidak sanggup menyediakan bahan
bakar yang cukup pada kecepatan tinggi. Karena itu pulalah, maka tekanan
pengeluaran diatur sebesar ( 1.5-2,5 kg/cm2 ) oleh pegas piston
2. Pompa
Priming
Menurut Karyanto ( 2002,hal-177 ). Pompa
priming digunakan untuk mengeluarkan udara dalam system bahan bakar. Pompa
priming digerakan dengan membuka kunci tombol ( knob ) harus dikunci kembali (
diputar kekanan ), sebab jika tidak akan menyebabkan kebocoran pada pompa
penyalur
3. Pompa
Injeksi
Menurut Sukoco dan Arifin ( 2008, hal-72 )
ditinjau dari segi konstruksinya pompa injeksi dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1.
Common
Rail Injection System
Sistem
ini terdiri dari pompa injeksi tekanan tinggi yang berfungsi mengirimkan bahan
bakar tekanan tinggi kesebuah pipa bersama (
common rail ), dimna injector
masing-masing silinder mesin, langsung dihubungkan dengan pipa. Seperti
terlihat pada gambar berikut
Gambar 5 : Pompa Injeksi common rail
( Sumber : Sukoco dan
Arifin. 2008,hal-73 )
2.
Pump
controlled Injection System
Pompa injeksi
ini setiap injector dilayani oleh suatu pompa injeksi. Pompa injeksi dipasang
terpisah dari injector, dan konstruksinya inline atau sebaris. Seperti terlihat
pada gambar berikut
Gambar 6. Pompa Injeksi Sebaris
( Sumber : Sukoco dan Arifin.
2008,hal-74 )
3.
Unit
Injection System
Pompa
injeksi ini hampir sama dengan pompa injeksi jenis kedua, hanya bedanya pompa
injeksi dan injector didesain menjadi satu unit
Gambar
6. Unit Injection system
( Sumber : Sukoco dan Arifin. 2008,hal-74
)
4.
Distributor
Injection System
Pompa
injeksi ini hanya mempunyai satu pompa, untuk mendistribusikan kesejumlah
injector mesin, mesin dilengkapi dengan mekasnisme distribusi.melihat sistemnya
ada dua macam, satu system dimana pompa hanya mengatur bahan bakarnya,
sedangkan yang lainya member tekanan, mengatur jumlah bahan bakar dan
mendistribusikan ke injector. Konstruksi pompa injeksi ini seperti ini terlihat
berikut ini
Gambar
8. Pompa Injeksi Distributor
( Sumber : Sukoco dan Arifin.
2008,hal-76 )
2.6.4 Perpipaan bahan Bakar
Sistem perpipaan ini khususnya dengan
menggunakan pipa baja yang standar dilengkapi dengan ulir sering dipakai dalam
sistem bahan bakar, pipa kuningan dan tembaga juga dapat digunakan untuk minyak
yang mengandung belerang yang dapat mengkikis tembaga. Pemasangan pipa ini,
pipa hubung harus menggunakan gasket kulit atau sambung yang digerinda dari
logam kelogam, dikarenakan gasket ini akan mudah rusak oleh minyak bahan bakar
menyebabkan akan timbul kebocoran.
Perpipaan yang menyemprot bahan bakar yang
menghubungkan pompa penyemprot bahan bakar dengan penyemprot bahan bakar ( injektor
) oleh karena itu pipa tersebut
harus tahan terhadap tekanan tinggi, maka pipa tersebut harus terbuat dari baja
, berdinding tebal, dan biasanya dibuat dengan diameter 6 mm dan diameter
dalamnya 1,6 mm. Bahan bakar yang mengalami tekanan tinggi itu akan berlalu
sebagai bahan yang elastis kira-kira 1.500 meter/detik, sedangkan panjang pipa
yang digunakan tidak kurang dari 30 cm, dimana perubahan tekanan terjadi dengan
secara tiba-tiba.
2.6.5 Injektor
Menurut Karyanto ( 2001, hal-133) injektor
dalam istilah lain disebut Injection
Nozzle adalah suatu alat yang menyemprotkan bahan bakar solar dalam
hamburan hamburan yang sangat halus ( bentuk kabutan ) kedalam suatu udara yang
sedang dipadatkan ( dikompresikan ) didalam ruang bakar silinder motor, dimana
udara yang dipadatkan itu memiliki suhu yang cukup tinggi.
Penghamburan dari bahan bakar kedalam udara
yang bersuhu tinggi menyebabkan bahan bakar menguap dan membentuk gas dan
selanjutnya bahan bakar berubah menjadi gas dan akan terbakar. Pembakaran bahan
bakar akan menimbulkan panas yang tinggi akan memiliki tenaga tekanan yang
sangat besar.
Jenis-jenis Nozzle dan
Injektor
1) Nozzle
berlubang tunggal ( single hole )
2) Nozzle
berlubang banyak ( multi hole )
3)
Nozzle model Pintle type
Gambar 10. Konstruksi Injection Noozle model pintle
type
( Sumber : Karyanto, 2001 hal 136 )
2.6.6 Governor
Menurut Sukoco dan Arifin ( 2008, hal 109-
hal 119 ) gevernor dirancang untuk menstabilkan putaran mesin, meskipun terjadi
perubahan bebab. Perubahan beban dapat diterima governor tentunya dalam batas
tertentu. Cara mengatur putaran daya mesin yaitu dengan mengontrol volume
penyemprotan berdasarkan fluktuasi beban mesinyang tak terkontrol dari pedal
gas.
Governor bekerja dengan menggerakkan
plunyer sesuai dengan beban yang terjadi.beban mesin bertambah, maka governor
akan menggerakkan rak kearah penambahan jumlah bakan bakar yang akan
diinjeksikan. Sebaliknya, bila beban berkurang maka governor akan mengerakkan
rack kearah pengurangan jumlah bahan bakar yang akan di injeksikan.
Jenis-jenis
Governor
Governor yang dipergunakan pada pompa
injeksi motor diesel ada 4 macam, yaitu
1) Governor
Mekanik
2) Governor
Pneumatik
3) Governor
Hidrolis
4) Governor
Kombinasi
Gambar
11. Sistem Governor ( Sumber : . Sukoco dan Arifin 2008, hal-112 )
2.7 Konsumsi Bahan
Bakar Motor
Menurut Thamrin Rais (1996 ) Konsumsi
bahan bakar secara spesifik merupakan perbandingan antara bahan bakar yang
dikonsumsi dalam waktu tertentu dan tenaga yang dihasilkan oleh motor.
Adapun teori dari konsumsi bahan bakar
dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan
:
be
: pemakaian bahan bakar spesifik (
gr/HP.jam )
B : Pemakaian bahan bakar liter ( liter/jam )
Ne
: daya Efektif ( HP )
P : berat jenis solar ( gr/liter )
Untuk
mengetahui tekanan efektif motor ( Pe ), dengan melakukan pengambilan daya dan
putaran penuh motor. Menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan
:
Pe
= Tekanan efektif rata-rata ( kg/cm2 )
Te
= Daya motor ( HP )
D = Diameter silinder ( cm )
s = Langkah torak ( m )
n
= Putaran motor ( rpm )
I
= Jumlah silnder
Setelah tekanan efektif motor diketahui
dengan mnggunakan persamaan kemudian hasilnya didistribusikan dengan persamaan
3. Dengan demikina daya efektif motor dapat diketahui, dengan diketahuinya
hasil daya efektif motor berarti pemakaian bahan bakar sfesifik efektif dapat
diketahui dengan mendistribusikan Te pada persamaan 1.
Didalam pemakaian bahan bakar B dapat
diketahui dari alat ukur, jadi dalam
bahan bakar spesifik secara efektif perlu diketahui tenaga efektif Ne.
Apabila tekanan efektif motor belum diketahui, untuk menghitung tenaga efektif
motor dengan menggunkan rumus sebagai berikut :
Keterangan
:
Ne
= Daya efektif ( HP )
Pe
= Tekanan efektif rata-rata ( kg /cm2 )
D = Diameter silinder ( cm )
s = Langkah torak ( m )
n
= Putaran motor ( rpm )
i
= Jumlah silnder
(
z = 2, untuk motor 4-langkah )
(
z = 1, untuk motor 2-langkah
2.8 Usaha Penghematan
Bahan Bakar
Menurut Dewayne Hollin dan Steven ( 1981
) usaha-usaha pengehematan bahan bakar dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Penghematan
Jangka Pendek
Penghematan
jangka pendek yang dimaksudkan adalah sautu langkah penghematan bahan bakar
yang memberikan keuntungan secara ekonomis, dimana penghematan yang dilakukan dapat
berlangsung kurang dari 5 ( lima ) tahun antara lain :
1) Penurunan
Kecepatan
2) Kedalaman
Kapal
3) Perawatan
pada Lambung kapal / Kulit kapal
2. Penghematan Jangka Panjang
Langkah-langkah penghematan bahan bakar
jangka panjang meliputi pergantian atau penambahan peralatan untuk memonitor /
menambah daya guna pada motor induk yang merupakan suatu cara untuk menurunkan
konsumsi bahan bakar.
2.9 Perawatan Sistem
Bahan Bakar
2.9.1 Pentingnya
Pemeliharaan
Menurut Maleev ( 1995, hal 411 ), mesin
diesel modern adalah hasil dari penelitian sekesama, keahlian tehnik manufaktur
yang presisi.
Dengan pemasangan yang baik dan perawatan
serta perhatian sebanding dengan yag diberikan pada jenis lain dari penggerak
mulia, mereka akan memberikan pelayanan yang memuaskan dan dapat diandalkan
untuk beberapa tahun.
Tidak ada bahaya penyusunan tiba-tiba atau
sangat tinggi karena keuangan. Kemauan untuk mempertahankan efesiensi panas
yang sangat tinggi adalah karakteristik semua mesin diesel tetapi sangat
tergantung pada ketaatan yang saat ketat kepada jadwal pemeliharaan yang layak.
Operasi yang berhasil dari instalsi daya yang memungkinkan dengan pemeliharaan
yang cukup dari mesin dan peralatan yang lain.
2.9.2 Fungsi Perawatan
dan Pemeliharaan
Menurut
Maimun ( 1995 ) fungsi dan perawatan dan pemeliharaan merupakan sautu kombinasi
dari semua tindakan-tindakan yang dilakukan dalam rangka mempertahankan atau
melakukan pencegahan terlebih dahulu
2.9.3 Perawatan Sistem
Bahan Bakar
Menurut Arismunandar ( 1986, hal-166 ), perawatan
dan pemeliharan pada sistem bahan bakar
antara lain :
1. Tangki
Bahan Bakar
1) Pemeriksaan
serta pengurasan tangki bahan bakar, bersihkan setiap10 jam pada saat operasi.
2) Pembersihan
air serta kotoran dalam tangki bahan bakar setiap 120 jam operasi
3) Pencucian
tangki bahan bahan bakar setiap 500 jam operasi
2. Saringan
Bahan Bakar
1. Pembuangan
kotoran bahan bakar serta air pada saringan bahan bakar setiap 60 jam operasi
2. Penggantian
elemen saringan bahan bakar setiap 1.000 jam operasi
3. Pompa
pengisian bahan bakar
4. Bersihkan
saringan pengisian bahan bakar setiap 120 jam operasi
3. Pembuangan
udara
Udara didalam bahan bakar sangatlah
menggangu kelancaran kerja pada mesin dan menyebabkan mesin sukar distart atau
dihidupkan. Maka diusahakan agar tangki bahan bakar jangan sampai bocor maupun
habis, jika tidak endapan dasar akan ikut terpompa.
4.
Pemeriksaan dan
penyetelan injector nozzle
Pemeriksaan pada nozzle setiap 250 jam
operasi. Seandainya gas menunjukkan warna yang tidak normal atau pembakaran
tidak berlangsung dengan baik, maka nozzle harus diperiksa. Pada mesin baru
harus diperiksa setiap 120 jam operasi.
2.8.5 Jenis-Jenis
Kegiatan Perawatan
Pekerjaan pemeliharaan efektif harus
dilakukan secara menyeluruh dan teratur. Perlu suatu jadwal terperinci mengenai
bagian-bagian motor induk, agar memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan. Waktu pemeliharaan tergantung pada tipe motor dan keadaan
pengoperasiannya.
Kegiatan pemeliharaan menurut Assuri ( 2004 ) yang dilakukan dapat
dibedakan menjadi :
1. Pencegahan
terhadap terjadinya kerusakan ( preventive
maintenance )
Yang dimaksud dengan preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga.
Dalam prakteknya pemeliharaan pencegahaan (
prepentive maintenance ) yang dilakukan dibedakan menjadi :
1) Pemeliharaan rutin ( routine maintenance ) ialah :
2) Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan secara rutin misalnya setiap hari. Sebagai contoh
dari kegiatan pemeliharaan rutin adalah pembersihan peralatan pelumasan atau
pengecekan oli serta pengecekan bahan bakar pada harian.
3) Pemeliharaan berkala ( periodic maintenance ) ialah:
4) Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan secara periodik atau dalam waktu tertentu, misalnya
pemeliharaan setiap 50-250 jam kerja ( membersihkan seringan bahan bakar,
pergantian minyak pelumas dan pemeriksaan air pendingin, mengganti elemen
saringan oli dan periksa clearance katup kepala silinder ) setiap 2.500 jam
kerja ( membersihkan pendingin oli, memeriksa
tekanan oli, mengganti nozzle
pengabut ).
5) Perbaikan
terhadap kerusakan ( corrective maintence
)
6) Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan
peralatan dalam hal ini sistem bahan bakar yang tidak dapat berfungsi dengan
baik.
alay mas blog nya
BalasHapus